APE untuk Mengembangkan Aspek Kognitif Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satu lembaga pendidikan yang memegang peran penting untuk membantu pemerintah mempersiapkan generasi muda sedini mungkin, yang sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini yaitu membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik.

Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk membantu perkembangan yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak di masa selanjutnya. Pendidikan Anak Usia Dini harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan adanya program pembinaan yang terencana dan sistematis, diharapkan anak mampu mengembangkan potensi dalam dirinya secara optimal. Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan adalah aspek kognitif, mengapa demikian? Karena bertujuan membentuk perilaku serta kemampuan dasar yang sesuai dengan tahap perkembangan sehingga anak sudah memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

Sebelum membahas lebih dalam mengenai APE untuk mengembangkan kognitif anak usia dini, kurang tepat rasanya kalo kita tidak mengetahui definisi perkembangan kognitif anak.

Apa Sih Kognitif itu......???

Salah satu aspek yang terdapat dalam perkembangan manusia adalah kognitif. Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berart mengetahui, dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, cognition adalah pengenalan, kesadaran, pengertian. Selanjutnya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.

Kognitif adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk kesadaran, perasaan, atau usaha menangkap sesuatu melalui pengalaman sendiri. Bisa juga diartikan sebagai proses pengenalan, penafsiran lingkungan oleh seseorang sehingga mampu menghasilkan pemerolehan atau pengetahuan. Kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Perkembangan kognitif  sendiri mempermudah anak dalam menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak dapat memahami sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perubahan perilaku akibat belajar merupakan hasil dari perkembangan kognitif anak yaitu kemampuan anak untuk berpikir tentang lingkungan disekitarnya.

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Kognitif sendiri berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses  untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh seseorang. Oleh sebab itu, kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang mana teori behavioristik ini lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Pengertian kognitif anak usia dini sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek berasal dari bahasa inggris “intellect” yang diartikan sebagai “ proses kognitif/proses berpikir, daya menghubungkan kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan juga kemampuan mental atau intelegensi”.

Salah satu Tokoh yang mengemukakan Teori Kognitif dan teori tersebut sangat dikenal luas dalam dunia Pendidikan, yakni Jean Piaget.

Melalui observasinya, Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan. Masing-masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah tahap sensori motorik (usia 0–2 tahun), tahap pra-opersional (usia 2–7 tahun), tahap opersional konkrit

(usia 7–11 tahun) dan tahap opersional formal (usia 11–15 tahun).

Permainan adalah sarana untuk anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungannya sekaligus mengukur dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, seperti aspek perkembangan agama & moral, perkembangan bahasa, perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional, serta perkembangan seni.

Sedangkan Alat Permainan Edukatif adalah alat yang dirancang khusus untuk kepentingan pendidikan yang dapat digunakan untuk menstimulasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada anak.

Dan Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan alat permainan untuk anak usia dini yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, yang mana dalam penggunaannya bisa disesuaikan menurut usianya serta tingkat perkembangan anak yang bersangkutan.

Perlu diketahui bahwasannya tumbuh kembang anak yang pernah menggunakan alat permainan edukatif mempunyai perbedaan dalam pemberian stimulasi, anak yang pernah menggunakan alat permainan edukatif tentunya mendapat stimulasi yang lebih dibandingkan dengan anak yang tidak menggunakan alat permainan edukatif.

Lalu, Alat Permainan Edukatif seperti apa siiih yang bisa mengembangkan aspek kognitif pada anak ???

Ada beberapa bentuk dan jenis permainan yang mengandung unsur pendidikan yang dapat membantu proses tumbuh kembang anak terutama aspek kognitifnya, diantaranya sebagai :

1. APE kartu angka bergambar 

Alat Permainan Edukatif kartu angka bergambar digunakan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak dan memuat gambar suatu bilangan dengan terdiri dari 1-10 bertujuan untuk mengenal lambang bilangan.

Kartu angka bergambar adalah kartu yang bertuliskan/bergambar simbol angka-angka yang dapat digunakan untuk mengenalkan lambang bilangan kepada anak melalui kegiatan permainan. Penggunaan kartu angka bergambar dalam mengenalkan lambang bilangan dapat memudahkan anak dalam mengenal bentuk dan konsep bilangan

2APE Pasak Warna atau color pegboard

(Gambar : https://tikatiku.wordpress.com/2010/02/05/5/ )

Kemampuan mengenal warna pada anak merupakan salah satu tugas perkembangan pada aspek kognitif. Bagi anak usia dini, perkembangan kognitif  ditujukan supaya anak mampu melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar untuk memecahkan berbagai masalah melalui panca indera. Pengenalan warna kepada anak sangat penting diterapkan karena didalamnya memuat proses untuk mempelajari auditory, visual, memory, dimana ketiganya tersebut berhubungan dengan perkembangan intelektual anak.

3APE congklak atau Dakon

(Gambar : https://madaniah.co.id/permainan-tradisional-dakon-congklak/ )

Permainan tradisional congklak merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak. Oleh karena itu lambat laun, mental anak juga terbiasa untuk bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Fungsi dari permainan tradisional congklak yaitu mengenalkan berhitung terhadap anak, dan melatih motorik halus.

Dakon berasal dari kata daku atau saya, yang mengesankan penonjolan ego, yang mana hal tersebut merupakan contoh terbaik dari permainan tradisional yang non kompetetif. Permainan congklak ini bertujuan untuk menghibur melalui hubungan timbal balik yang bersifat menenangkan daripada merangsang sebuah persaingan ilusi.

Congklak ataupun dakon yaitu sebuah permainan tradisional yang menggunakan bidang panjang dengan ukuran cekung pada masing-masing sisi dan dua cekungan yang lebih besar dibagian tengah ujung kiri serta ujung kanan yang disebut sebagai lumbung.

Permainan tradisional congklak atau dakon mampu mengajarkan disiplin dan sportivitas dengan cara mengisi masing-masing lubang dengan biji-bijian. Permainan dhakon juga membutuhkan kecerdasan berhitung, permainan ini juga dapat melatih kesabaran anak dalam menunggu giliran dan melatih ketelitian anak dalam memasukkan biji satu persatu hingga habis.

Permainan dimainkan oleh dua orang yang saling berhadapan dan memainkannya sesuai dengan peraturan yang telah disepakati. Salah seorang pemain memulai permainan dengan mengambil biji terlebih dahulu kemudian mengisinya pada setiap lubang papan . Sampai pada lubang yang tidak berisi dengan biji, maka pemain digantikan. Hal tersebut dilakukan terus menerus sampai biji habis. Pemenangnya adalah pemain yang paling banyak memiliki biji. Melalui permainan modifikasi anak bukan hanya mengenal konsep bilangan namun anak juga dapat membedakan banyak dan sedikit, anak juga dapat menghubungkan benda dengan jumlah bilangan. Permainan ini memudahkan anak untuk belajar berhitung dengan cara yang menyenangkan.

 

 

Sekian, Terimakasih

Semoga Bermanfaat

 

Daftar Pustaka :

Chaplin, JP, Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Kurniasih, Novita Dkk, Pendidikan Karakter Melalui Permainan Tradisional, Metro Lampung; Cv Iqro; 2019.

Hasanah, Uswatun, Permainan Tradisional Dan Permainan Usia Dini Lampung: CV. IQRO, 2019.

Rahmawati, Diah dan Rosita Destaria, Aku Pintar Dengan Bermain Solo: Tiga Serangkai, 2016.

Ratnasari, Tini dan Komala, Mengembangkan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Tradisional Media Modifikasi Di Paud, Jurnal Ceria Cerdas Energik Responsif Inovatif Adaptif, Vol .3, No.1, Januari 2020.

 

 

 

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

APE menurut Montessori, Peabody, Froebel, & Criussenaire

FUNGSI, TUJUAN, DAN KRITERIA ALAT PERMAINAN EDUKATIF BAGI ANAK USIA DINI

APE untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa pada Anak Usia Dini